80s toys - Atari. I still have

Text

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga)
mengajak seorang Pendeta
bersekongkol akan
memperdaya Iman Abu
Nawas. Setelah mereka
mencapai kata sepakat,
mereka berangkat menemui
Abu Nawas di kediamannya.
Ketika mereka datang Abu
Nawas sedang melakukan
sholat Dhuha.
Setelah dipersilahkan masuk
oleh istri Abu Nawas mereka
masuk dan menunggu sambil
berbincang-bincang santai.
Seusai sholat Abu Nawas
menyambut mereka. Abu
Nawas dan para tamunya
bercakap-cakap sejenak.
"Kami sebenarnya ingin
mengajak engkau melakukan
pengembaraan suci. Kalau
engkau tidak keberatan
bergabunglah bersama kami."
kata Ahli Yoga.
"Dengan senang hati lalu
kapan rencananya?" tanya
Abu Nawas polos.
"Besok pagi." kata Pendeta.
"Baiklah kalau begitu kita
bertemu di warung teh
besok." kata Abu Nawas
menyanggupi. Hari berikutnya
mereka berangkat bersama.
Abu Nawas mengenakan jubah
seorang Sufi. Ahli Yoga dan
Pendeta memakai seragam
keagamaan mereka masing-
masing.
Di tengah jalan mereka mulai
diserang rasa lapar karena
mereka memang sengaja
tidak membawa bekal,
"Hai Abu Nawas, bagaimana
kalau engkau saja yang
mengumpulkan derma guna
membeli makanan untuk kita
bertiga. Karena kami akan
mengadakan kebaktian." kata
Pendeta.
Tanpa banyak bicara Abu
Nawas berangkat mencari dan
mengurnpulkan derma dari
dusun satu ke dusun lain.
Setelah derma terkumpul,
Abu Nawas membeli makanan
yang cukup untuk tiga orang.
Abu Nawas kembali ke
Pendeta dan Ahli Yoga dengan
membawa makanan.
Karena sudah tak sanggup
menahan rasa lapar Abu
Nawas berkata, "Mari segera
kita bagi makanan ini
sekarang juga."
"Jangan sekarang. Kami
sedang berpuasa." kata Ahli
Yoga.
"Tetapi aku hanya
menginginkan bagianku saja
sedangkan bagian kalian
terserah pada kalian." kata
Abu Nawas menawarkan jalan
keluar.
"Akan tidak setuju. Kita harus
seiring seirama dalam berbuat
apa pun." kata Pendeta.
"Betul aku pun tidak setuju
karena waktu makanku besok
pagi. Besok pagi aku baru
akan berbuka." kata Ahli
Yoga. Bukankah aku yang
engkau jadikan niat pencari
derma Dan derma itu telah ku
tukar dengan makanan ini.
Sekarang kalian tidak
mengizinkan aku mengambil
bagian sendiri. Itu tidak masuk
akal." kata Abu Nawas mulai
merasa jengkel.
Namun begitu Pendeta dan
Ahli Yoga tetap bersikeras
tidak mengizinkan Abu Nawas
mengambil bagian yang
menjadi haknya. Abu Nawas
penasaran. Ia mencoba sekali
lagi meyakinkan kawan-
kawannya agar mengijinkan ia
memakan bagianya. Tetapi
mereka tetap saja menolak.
Abu Nawas benar- benar
merasa jengkel dan marah.
Namun Abu Nawas tidak
memperlihatkan sedikit pun
kejengkelan dan
kemarahannya.
"Bagaimana kalau kita
mengadakan perjanjian." kata
Pendeta kepada Abu Nawas.
"Perjanjian apa?" tanya Abu
Nawas.
"Kita adakan lomba.
Barangsiapa di antara kita
bermimpi paling indah maka
ia akan mendapat bagian yang
terbanyak yang kedua lebih
sedikit dan yang terburuk
akan mendapat paling
sedikit." Pendeta itu
menjelaskan.
Abu Nawas setuju. Ia tidak
memberi komentar apa-apa.
Malam semakin larut. Embun
mulai turun ke bumi. Pendeta
dan Ahli Yoga mengantuk dan
tidur. Abu Nawas tidak bisa
tidur. Ia hanya berpura-pura
tidur. Setelah merasa yakin
kawan-kawannya sudah
terlelap Abu Nawas
menghampiri makanan itu.
Tanpa berpikir dua kali Abu
Nawas memakan habis
makanan itu hingga tidak
tersisa sedikit pun. Setelah
merasa kekenyangan Abu
Nawas baru bisa tidur.
Keesokan hari mereka bangun
hampir bersamaan. Ahli Yoga
dengan wajah berseri-seri
bercerita, "Tadi malam aku
bermimpi memasuki sebuah
taman yang mirip sekali
dengan Nirwana. Aku
merasakan kenikmatan yang
belum pernah kurasakan
sebelumnya dalam hidup ini."
Pendeta mengatakan bahwa
mimpi Ahli Yoga benar-benar
menakjubkan. Betul-betul luar
biasa. Kemudian giliran
Pendeta menceritakan
mimpinya. "Aku seolah-olah
menembus ruang dan waktu.
Dan ternyata memang benar.
Aku secara tidak sengaja
berhasil menyusup ke masa
silam dimana pendiri agamaku
hidup. Aku bertemu dengan
beliau dan yang lebih
membahagiakan adalah aku
diberkatinya."
Ahli Yoga juga memuji-muji
kehebatan mimpi Pendeta Abu
Nawas hanya diam. Ia bahkan
tidak merasa tertarik
sedikitpun. Karena Abu Nawas
belum juga buka mulut,
Pendeta dan Ahli Yoga mulai
tidak sabar untuk tidak
menanyakan mimpi Abu
Nawas.
"Kalian tentu tahu Nabi
Khidir. Beliau adalah seorang
mahaguru para sufi. Tadi
malam aku bermimpi
berbincang-bincang dengan
beliau. Beliau menanyakan
apakah aku berpuasa atau
tidak. Aku katakan aku
berpuasa karena aku memang
tidak makan sejak dini hari
Kemudian beliau menyuruhku
segera berbuka karena hari
sudah malam. Tentu saja aku
tidak berani mengabaikan
perintah beliau. Aku segera
bangun dari tidur dan
langsung menghabiskan
makanan itu." kata Abu
Nawas tanpa perasaan
bersalah secuil pun.
Sambil menahan rasa lapar
yang menyayat-nyayat
Pendeta dan Ahli Yoga saling
berpandangan satu sama lain.
Kejengkelan Abu Nawas
terobati. Kini mereka sadar
bahwa tidak ada gunanya
coba-coba mempermainkan
Abu Nawas, pasti hanya akan
mendapatkan celaka sendiri.

HOME